WARTA SUNDA ONLINÉ

BENTANG TAMU

PWI Purwakarta Ngirimkeun 3 Calon Anggota Pikeun Ilubiung dina OKK di Bogor

PURWAKARTA - www.wartasunda.id,-  Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Kabupaten Purwakarta ngirimkeun tilu calon anggota pikeun ...

CAMPALA MEDAR

ASISINDIRAN DINA KAHIRUPAN MASARAKAT SUNDA Urang Sunda kawilang dalit jeung wangun karya sastra anu kiwari disebut sisindiran, anu diwangun ku cangkang jeung eusi. Ti bubudak éta téh. Sanajan tangtu baé, sisindiran budak mah, kawilang basajan, ngawujud dina kakawihan. Mun rék ucing-ucingan, upamana, barudak sok hompimpah heula. Hompimpah alaikum gambréng, Ma Ijah maké baju rombéng. Cag. Bhaktos pun Anto Sukanto.

DIALAOG ANAK DAN BAPAK DARI WUHAN Oleh Dadan Sumardana,S.Pd,M.Pd

Ket.poto: ilustrasi hasil dari internet.*

Pada sore hari ketika matahari mulai meredup di sebelah barat, di sebuah beranda tempat tinggal terlihat dua mahkluk Allah sedang berdialog serius, dan tampak percakapan di mulai oleh sianak yang bertanya kepada bapaknya.

     Si anak bernama Corona yang bertanya,  kepada Bapaknya, “Bapak sampai kapan bapak menyuruhku untuk terus melakukan ini”,?. Sang ayah Covid 19 berguman,  Yaa,.. terus kamu lakukan, dan sampai kapan? sampai kita semua merasa lelah, sampai kepada orang-orang yang kamu serang, dan sampai kepada orang-orang sudah bisa berhasil mengandaskan dan mengagalkan visi dan misi kita, si Corona bertanya.  Lagi terus pak. "Kalau saya boleh tahu, tadi bapak bilang visi dan misi, kalau gak salah visi itu sebagian dari tujuan kan?, visi misi sesuatu yang focus terrencana dan sengaja untuk terus dilakukan, visi kan cara memandang kedepan yang terus dilakukan oleh misi/kegiatan fakta dan nyata". yaaa.... Si Covid 19 mengiyakan, Iyaa... kita kan sudah sesuai dengan misi bahwa kegiatan ini kita lakukan sudah direncanakan?, Maksud Bapak? Siapa yang merencanakan? Siapa yang menyuruh?. Ingat kamu Corona, kita kan di suruh oleh yang menciptakan kita, untuk terus melakukan ini, kita akan terus berbuat sampai orang-orang yang kita serang, sampai pada titik kesadaran, sudah mengakui kesalahannya, serta sampai orang-orang itu tersadar diri, dan bertaubat untuk menebus kesalahannya ketika di dunia. Tapi bapak, terkadang aku meyerang yang tidak bersalah lho? Aku lupa membedakan mana yang berdosa dan tidak? Seperti perintah bapak serang orang-orang berdosa, dan sudah jauh dari pencipta kita, berarti aku bersalah dong bapak?,  menyerang orang-orang yang sholeh dan dekat dengan Tuhannya?.

     Tidak anaku kamu tidak berdosa, visi kita hanya sebatas penyadaran diri kepada manusia, bahwa sampai sejauh manusia itu teringat diri dan sadar pada kondisi keadaannya, sebab aku melihat orang-orang itu yaa manusia-manusia itu, kelihatannya sudah mulai merenung, berdo'a dan bermunajat kepada Allah, lebih banyak mendekatkan diri,  kita kan belum seberapa menyerang mereka, kita belum mengajak, saudara-saudara kita yang lain yang kata orang itu pula yang lebih akhli bisa melihat kepada kita, mereka sudah mengetahui bahwa di kelompok kita ada saudara yang lebih ganas dan lebih jahat tingkat kekuatan daya serangnya.. Iya bapak, saudara kita yang gede-gede seperti si Amuda, si Tuman, Si bacsil, dan bibit penyakit mereka lebih banyak lho dan sudah menyerang duluan?. Iya tapi saudara kamu itu terlalu besar dan suka terlihat dengan jelas serta kelemahannya mereka, oleh salep cream peniciline juga mereka kalah. Dan bapak kita sebetulnya lebih leluasa karena kita terlihat sangat kecil dibanding dengan mereka?

     Yaa..... dan kita sebetulnya lebih lemah, oleh air panas dan sinar matahari juga kita sudah tidak tahan lho pak?. Apalagi jam 10 siang kita suka takut oleh mata yang besar diatas dan ada  si Ultraviolet B. Yang ketika kita serang kita sudah kepanasan duluan, Terus pak?. iya tenang corona, kita sebetulnya  masih sangat lemah, apalagi orang-orang itu sudah banyak yang menemukan anti kita, kita bisa lemah. Tapi tenang anakku.. saudara-saudara kita ada yang sangat cepat sekali dan sudah menemukan tempat bergerak lebih cepat, dan kita kalau sudah mati, satu teman kita yang tidak mati akan memanggil kawannya untuk melakukan serangan, jadi cocok dengan istilah “mati satu tumbuh seribu”. Juga bapak aku sedikit menyesal, waktu itu aku ngejar-ngejar orang yang membantu menyembuhkan dari keganasan kita katanya, dan orang itu menyembuhkan serta membabat kita,    tapi aku serang juga dia, dia kalah kewalahan, itu aku agak menyesal, sebab orang itu mempunyai misi kemanusian menolong sesama manusia yang dari serangan saudara kita!?. Si Corona bicara pun sembari tertunduk.

      Yang pada akhirnya si Covid 19 ngomong lagi. “Sudah,.. sudahlah jangan kamu sesali perbuatanmu itu, kita lihat dari dua kemungkinan, yang pertama, orang itu teledor dan jorok tidak punya pelindung yang pada akhirnya kita bisa masuk kedalam tubuhnya, yang kedua kita sudah melihat tanda-tanda pada tubuh orang itu bahwa orang itu sesuai dengan petunjuk Tuhan yang ada di tubuhnya, dia tidak kuat menahan serangan kita, Tuhan sudah menandai kepada kita bahwa orang itu sudah di takdirkan untuk meninggal, toh yang kita lakukan kita hanya  menyerang, nanti juga ada mahkluk Tuhan yang lain yang menjemputnya. Oh... iya berarti bapak orang-orang itu, manusia-manusia itu yang kita serang, kalau mereka yang sudah ada tanda di tubuhnya berarti sudah tidak kuat lagi yaa, melawan kita?, yaa... apalagi manusia-manusia itu ada serangan dari kaum lain sejenis kita, dan sudah lama mereka  bersarang dan bersembunyi di dalam tubuhnya, sudah di gerogoti sejak lama, pas waktu kita masuk ikut menyerang, saudara-sadara yang sudah duluan di tubuh manusia itu mereka senang dan akhirnya kita semua menyerang manusia itu, sampai kelelahan dan matilah mereka, tapi kasian juga orang-orang itu. Tetapi mereka ada yang sudah lupa tidak lagi menyebut-menyebut penciptanya.

     Bapak ada yang menyebut kita ini pendemik? Apa karena kita menyerang dimana-mana? Yaa.... kita serempak lakukan diseluruh dunia dari barat sampai ke timur dari timur juga dari utara sampai ke selatan, dan di seluruh dunia, kita bergerak tidak melihat muka orang dan bentuk wajah dan kulit kira serang semua, orang itu jorok dan alim serta taat kepada Tuhan pencipta kita seraang...!!, Bapak kemarin si Bacsil nelepon aku kamu jangan menyerang di Negara Arab yang ada bangunan Ka'bahnya, rumah yang bersegi empat, katanya kita diperingatkan jangan sampai ke situ?. Iya tapi justru orang-orang disitu yang padahal memakai bajunya sukup besar dan menutup ketat, mereka sudah takut duluan sudah menutup pintu masuk ke negaranya?, “Tapi bapak kita kan bisa juga nempel dibajunya? Iya dan mereka sudah mengosongkan kumpulan manusia di wilayah itu, artinya kita susah mendekati, kecuali sudah ada orang yang kita hinggapi dan masuk kedalam tubuhnya baru kita bisa bereaksi menyerang di daerah itu."

     Dan ayah si Amuba nge WA kepadaku di atas bangunan rumah Allah ada mahkluk kata orang-orang yang memakai sorban putih, gambar kiriman si Amuda,  ada mahkluk putih yang bersayap sedang terbang mengelilingi serta bertakbir dan bersholawat dan memanggil-manggil Tuhan yang menciptakan kita.??. yaaa itu agama islam yang berseru kepada Allah untuk meminta pertolongannya, dan sudah kita tinggalkan negara itu, apalagi ada banyak makhluk yang menjaganya, itu juga suruhan Allah, Tuhan pencipta seperti kita.
Ayah-ayah... benar nggak bahwa negara-negara yang kita serang itu betul-betul orang-orang yang sudah jauh dari maha penciptanya, seperti Negara Indonesia?, Padahal aku takut lho dengan orang-orang yang keturunan dari negara arab itu,    mereka kasar-kasar dan galak-galak sekali ucapannya terkadang telingaku merasa sobek, menggelegar teriakannya, dan yang tidak kuat ketika mereka mengucapkan takbir”, Alahu Akbarr”,, aku takut ayah....!”??  Jangan takut kamu!,  kita kan sudah tahu dan hapal tanda-tanda orang yang akan kita serang. Iya sih,,, aku sudah tahu tanda-tandanya.

     Ayaah.... aku lucu juga ketika melihat orang-orang panik sudah tidak bisa membedakan mana serangan kita mana bukan?, dan aku sebel ada orang-orang yang ngaco lagi, suka bercanda di grup wa-wa di anggap kita tidak serius, padahal kita kan makhluk Tuhan yang paling kecil dan paling ganas... iya biarin saja orang-orang itu. Biar mereka sibuk dengan sendirinya, anak-anak sekolah sudah di rumah dilarang keluar, bapaknya juga kerja di rumah, hanya dengan alat komunikasi saja mereka, pejabat yang mengelola negara disemua negara juga sudah bekerja di rumahnya masing-masing, katanya menghindar dari kita, supaya kita susah menyerangnya, jangan pernah ada kontak bodi, kontak phisik sesama yang lain, ayah pernah dengar istilahhnya, Social distancing” pembatasan dan pemutusan tali silaturrahmi sesama saudara dan kawannya, padahal itu salah juga sih, mereka menutup mesjid supaya tidak dipakai beribadah bersama, itu juga salah kata gubernur Sumatera Utara (medan), “salah”, kata ustazd di gunung Bongkok juga, justru mesjid adalah tempat meminta dan memohon kepada Allah untuk menghentikan visi dan misi kita dan kita bersama saudara semua yang lain, seperti si Kuman, Si amuda, si Bacsil dan teman-teman yang lain kalau kata Tuhan Pencipta, Allah Subhanawataalla kita stop akan menundan misi dan tujuan kita. Jadi ayah kita bisa selesai kalau kata Pencipta kita sudah beres kerjaan kita... oh. Iyaa.... kita pulang,... kita hanya di perintah saja untuk menyadarkan manusia dan orang-orang yang sudah lupa kepada maha penciptanya. Dan ayah sekarang orang sudah banyak yang menangis, memohon, menjerit dan meratap sembar membaca Alqur'an dan mengaji meminta kepada pencipta kita supaya kita berhenti dari kegiatan kita, yaa,,, aku juga sudah ingin menyelesaikan gerakan ini.... yaaa  Ayaaah.... aku ingin pulaangg... yang ayah juga ingin pulang.. kata si Covid 19, mahkuk dari daerah Wuhan sembari menunduk dan duduk lesu.***
CAG....
GUNUNG BONGKOK WAE..

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "DIALAOG ANAK DAN BAPAK DARI WUHAN Oleh Dadan Sumardana,S.Pd,M.Pd"

Posting Komentar