WARTA SUNDA ONLINÉ

BENTANG TAMU

Warta Gedung Dewan : Sekretariat DPRD, kadatangan Rengrengan Pangurus katut Anggota PWI Purwakarta

Poto bareng PWI Purwakarta jeung Sekretariat DPRD.* GEDUNG DEWAN -  www.wartasunda.id,- Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Da...

CAMPALA MEDAR

ASISINDIRAN DINA KAHIRUPAN MASARAKAT SUNDA Urang Sunda kawilang dalit jeung wangun karya sastra anu kiwari disebut sisindiran, anu diwangun ku cangkang jeung eusi. Ti bubudak éta téh. Sanajan tangtu baé, sisindiran budak mah, kawilang basajan, ngawujud dina kakawihan. Mun rék ucing-ucingan, upamana, barudak sok hompimpah heula. Hompimpah alaikum gambréng, Ma Ijah maké baju rombéng. Cag. Bhaktos pun Anto Sukanto.

Warta ti Jakarta : Kepala BPIP Jawab Polemik Pancasila dan Agama

Kepala BPIP Jawab Polemik Pancasila dan Agama
Jumat, 14 Februari 2020 07:02 WIB
Presiden Joko Widodo atau Jokowi resmi melantik Yudian Wahyudi menjadi Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) di Istana Negara, Jakarta, Rabu, 5 Februari 2020 pukul 15.00 WIB. TEMPO/Dewi Nurita
TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila atau BPIP Yudian Wahyudi menanggapi ringan polemik pernyataannya mengenai agama dan Pancasila.
“Sikap saya sebagai polemik itu sesuatu yang wajar saja. Tidak perlu saya perbesar sebagai masalah pribadi,” kata Yudian saat ditemui Tempo di Kantor BPIP, Jakarta, pada Kamis, 13 Februari 2020.
Yudian menganggap, reaksi masyarakat atas pernyataannya tentang agama dan Pancasila menandakan perlu ada tukar pikiran dan masukan.
Dia menilai masyarakat salah memahami konteks pernyataannya. Rektor UIN Sunan Kalijaga itu mengatakan bahwa agama bukanlah musuh Pancasila.
Menurut Yudian, musuh Pancasila adalah perilaku orang-orang berpikiran ekstrim yang mempolitisasi agama dan menganggap dirinya mayoritas.
“Agama direduksi hanya pada poin kecil yang mereka mau, menutup yang lain. Nah, kelompok ini pada kenyataannya di masyarakat minoritas, tapi mereka mengklaim mayoritas."
Dalam berbangsa dan bernegara, Yudian melanjutkan, Pancasila merupakan konsensus atau kesepakatan tertinggi.
Orang beragama, khususnya Islam, harus sudah mulai menerima kenyataan bahwa hukum Tuhan tertinggi yang mengatur kehidupan sosial dan politik itu bukan kitab suci.
“Jadi kalau Islam bukan Quran dan hadist dalam kitab, tapi adalah konsensus atau ijma,” ucap Yudian.
Dia lantas mencontohkan perbedaan pendapat tentang ziarah kubur antara organisasi Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama.
Kedua organisasi Islam tersebut memiliki alasan dan dalilnya masing-masing. Karena adanya perbedaan pendapat, maka perlu jalan penengah.
Yudian mengatakan, titik temu di tengah itulah bernama konsensus.
Dia mencontohkan, bisa dibuat nota kesepahaman (MoU) yang isinya bahwa Muhammadiyah tidak melakukan ziarah, sedangkan NU melakukannya.
Kemudian, kedua organisasi tersebut saling menghormati dan tidak saling menyerang. Siapapun yang melanggar kesepakatan akan kena sanksi.
“Ini yang saya maksud konsensus itu,” ucap Yudian.***

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Warta ti Jakarta : Kepala BPIP Jawab Polemik Pancasila dan Agama"

Posting Komentar